Sudah hampir Empat hari ini,
tempe tidak tampak dideretan lauk yang disajikan di kantin depan kantor saya.
Huhuu padahal tempe adalah lauk favorit
dan andalan saya. Kata ibu kantin : Mbak maaf yaaa.. hari ini ga ada tempe,
soalnya satu plastik kecil itu harganya udah 6000 rupiah. Ternyata tidak hanya
di kantin kantor saya, malamnya saya berniat berburu tempe penyet pun hasilnya
nihil. Oh my God…
Akhirnya mengertilah saya, kenapa
tempe dan tahu lenyap dari peredaran. Ternyata sejumlah produsen tempe dan tahu
memang berhenti beroperasi. Hal ini dipicu oleh harga bahan pokok tahu dan
tempe, yakni kedelai melambung tinggi. Bagaimana tidak, harga normal kedelai
yang tadinya di kisaran 5.500 per kilogram sekarang melonjak di kisaran 9.400
hingga 10.500 per kilogram.
Wal hasil para produsen tempe dan
tahu di beberapa daerah melakukan mogok produksi selama tiga hari yakni tanggal 9 – 11 September
2013. Mogok produksi ini dilakukan selain karena mereka terus mengalami
kerugian dan penurunan omzet, juga untuk memberikan tekanan kepada pemerintah
agar segera turuntangan untuk menstabilkan harga kedelai. Tapi sepertinya
harapan para produsen tahu dan tempe sementara ini masih bertepuk sebelah tangan. Pemerintah
sepertinya masih menganggap kondisi ini adalah hal yang wajar.. How Come ?
Plis ah pemerintah…. Cobalah tengok
mereka para produsen tempe dan tahu.. Jangan selalu melihat kepada kartel
import..
Dan tolonglah saya yang mulai
kangen sama tempe..